Skip to main content

Posts

Featured

Secangkir kopi di selasar yang sama

Entah bagaimana aku mesti menuliskannya, kukira tak kan pernah bisa runtut terkisahkan olehku. Tentang bagaimana detik dan menit itu datang dan pergi, dan betapa aku menantikan masing-masing dari mereka. Menit yang berwarna-warni, terkadang segar menggoda, terkadang dingin menggigit. Menantikanmu di menit-menit seperti itu, dengan satu dua cerita di kepalaku. Kita akan bertemu di selasar yang itu-itu juga. Tersenyum lelah, bercerita membagi hari. Melepas simpul obrolan, tepat di mana kita terkadang bersama meninggalkannya. Menit-menit dalam musim yang berwarna-warni, bagiku adalah dirimu. Sekian menit itu, akan terasa seperti selamanya. Atau aku yang menginginkannya sebagai selamanya? Secangkir kopi selesai, satu dua lelucon terceritakan, tertawa kita bersama. Lalu kita ikat satu lagi simpul buat hari ini. Berpisah di selasar yang itu-itu juga. Berjanji buat bertemu esok hari, buat secangkir kopi bersama. Dan seringkali aku datang menyambut hari, hanya untuk menanti berguli

Latest Posts

Perjalanan

Seribu doa kita, sahabat

Hawa

Yaa Mujibassailin

Ikhlas

Tanpa Judul

Harapan

Untuk sahabat yang duduk di sudut sana sendiri

Cinta itu ...