Man shabara zhafira

Setelah sekian puluh jam, sekian kali sakit kepala, sekian puluh bahagia (karena pemahaman dan pengetahuan punya efek ekstasinya sendiri, percayalah), dan sekian ribu ragu-ragu, setelah itu semua, terbit juga pengakuan dari sendiri kalo kemalasanku untuk belajar itu akan semakin parah bila tidak dikendalikan. Bukan, bukan (atau tidak selalu) sok berfilsafat. Bukan menjadikan filsafat sebagai carang ilmu. Namun filsafat dalam artinya yang lebih luas: filo-sofia. Cinta akan kebijaksanaan. Setidak-tidaknya itulah yang tertanam dalam benak saat ini.

Beberapa hal yang tersadari: dari titik ini, keingintahuan itu mesti mencari jalannya sendiri. Jalan terstruktur yang dibikin orang untuk memenuhkan keinginan untuk tahu berhenti di sini. Sekarang saat untuk aktif membuat jalan serupa buat diri sendiri.

Belajar, dan belajar

Herannya, di sisi lain, justru di titik ini proyek ambisius ini terkadang bisa dievaluasi lagi. Tersadar juga bahwa pengetahuan manusia luas dan dalam benar cakupannya. Tak tercapai benak untuk bisa menyelesaikan proyek ini. Dan di sini, seseorang bisa memilih: frustrasi atau terbebaskan. Bukannya terbebaskan untuk kemudian tidak meneruskan proyek tadi. Namun terbebaskan dari refleks rasa rendah diri ketika pengetahuan maha luas tak habis-habisnya terjangkau. Dan terbebaskan untuk dengan rendah hati memilih lapak kecil di antara luasnya lapangan tadi. Lapak kecil yang jadi bagian sendiri. Dan berkonsentrasi, mencurahkan seluruh diri dalamnya.

Man shabara zhafira,
Siapa yang bersabar akan beruntung

Pasang niat kuat, berusaha keras dan khusyuk berdoa,
lambat laun apa yang kita perjuangkan akan berhasil

Bukankah memang demikian, hukum Allah berlaku?!


Februari, 2010

Comments

Anonymous said…
sabar ... saabar ... :)
M.A. Sanjaya said…
abis baca buku "negara 5 menara" ya ? insya Allah bagus tuh, menambah semangat.
Unknown said…
kalo dulu pertama Pancasila, terus Trisila, terus Ekasila. saya menunggu rumusan ekasila-nya trilogi novel a fuadi nih, jadi penasaran…

Popular Posts